Tren yang akan muncul sebagai efek dari inovasi digital di 2019 dan di masa depan menjadi buah bibir masyarakat dunia. Masyarakat dan pelaku bisnis harus menyiapkan diri agar tidak tergilas oleh perubahan tersebut melainkan merangkulnya dan memetik manfaatnya.
Berikut
ini adalah sepuluh prediksi tren yang akan mengemuka di tahun 2019 dan
setelahnya oleh firma konsultan teknologi dan manajemen terkemuka di dunia,
Gartner Inc. Salah satu prediksi utama Gartner adalah menyoroti perkembangan
teknologi Artificial Intelligence (AI) yang
akan memicu perubahan yang sangat mendasar baik di lingkungan bisnis maupun
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sebagai
contoh, saat ini mulai berkembang layanan perawatan kesehatan secara virtual
yang diperkirakan akan terus meningkat tidak saja dari sisi implementasinya di
berbagai negara melainkan juga kualitasnya berkat penggunaan teknologi
AI.
Tren
ini menjadi salah satu yang diprediksi Gartner akan terus mengemuka karena
mampu mengubah layanan kesehatan menjadi lebih baik dan hemat biaya. Betapa
tidak, dengan layanan kesehatan virtual ini menjadi jawaban atas minimnya
tenaga kesehatan, khususnya untuk masyarakat pedesaan
dan daerah terpencil lainnya. Kita, bisa membayangkan saat ini keterbatasan masyarakat pedesaan
saat membutuhkan layanan kesehatan. Dengan jarak tempat tinggal dan pusat
layanan kesehatan terdekat relatif jauh, biaya yang harus dikeluar pasien juga
mahal mulai dari transportasi, sampai perawatan kesehatan dan obatnya itu
sendiri. Akibatnya bisa ditebak, kualitas kesehatan masyarakat di daerah
pedesaan dan perkotaan menjadi “jomplang” dan pada ujungnya mereka akan semakin
tertinggal dan kalah bersaing dengan masyarakat yang lebih mudah menjangkau
layanan kesehatan.
Ini
baru di bidang layanan kesehatan. Bagaimana dengan dibidang lain? Gartner
memprediksi inovasi digital yang akan terus berkembang termasuk teknologi AI
akan memicu perubahan secara konstan yang tidak akan mungkin bisa diikuti oleh
organisasi dan perusahaan.
Meski
demikian perubahan ini juga menghadirkan kesempatan bagi perusahaan atau
organisasi untuk menjadi yang terdepan dan unggul dibanding yang lainnya.
"Perusahaan dapat mengubah perubahan yang terus-menerus terjadi menjadi
aset jika mereka mempertajam visi mereka untuk melihat masa depan," kata
Daryl Plummer, Vice President Gartner Distinguished, Analis, di
Gartner Symposium/ITxpo 2018 di Orlando, Florida.
Hingga
2020, 80% proyek AI akan tetap
bersifat alchemy (alami) dan dilakukan oleh mereka yang bukan ahlinya, karena
perusahaan organisasi belum banyak yang mau mengembangkan SDM-nya
sendiri.
Dalam
lima tahun terakhir, meningkatnya popularitas dan sensasi terkait AI secara
teknis, telah mendorong peningkatan pemanfaatannya di berbagi bagian dalam
organisasi. Namun hype yang luar biasa ini juga memicu ekspektasi
yang tidak masuk akal dari bisnis. Apalagi hal ini tidak diimbangi oleh
peningkatan kompetensi para professional di bidang AI. Masih terbatasnya
istilah-istilah yang mudah dimengerti banyak pihak juga menjadi penghambat
perkembangan AI. Sebagai contoh saat ini saja belum ada yang bisa menjelaskan
seberapa spesifik dan skill set seperti apa yang harus dikuasai untuk
menjadi ahli dalam AI, tidak ada jawaban yang seragam. Memadukan sejumlah skill baru
dengan automasi berbasis AI kemungkinan besar dapat berkontribusi
mendorong perkembangan potensi ini.
Pada
tahun 2023, jumlah orang hilang diperkirakan akan turun hingga 80%
dibanding tahun 2018 berkat teknologi Face Recognition berbasis
AI.
Gartner
memprediksi teknologi Face Recognition berbasis AI pemanfaatannya
akan terus berkembang dan menjadi solusi andalan untuk pencarian orang hilang,
khususnya anak-anak dan lanjut usia.
Meskipun begitu, itu bukan teknologi dan aplikasi yang sama yang saat ini sudah
banyak digunakan di smartphone, masih diperlukan upaya-upaya
penyempurnaan dan peningkatan kemampuan teknologi ini dalam mendeteksi
wajah, menentukan ukuran sampel, dan pengumpulan datanya. Hal lain di luar persoalan teknis yang akan menentukan
perkembangan teknologi ini adalah terkait kerahasiaan data pribadi yang perlu
melibatkan masyarakat dalam penggunaan data pribadi ini.
Pada
tahun 2023, jumlah kunjungan ke fasilitas gawat darurat (ICU) di Amerika
Serikat akan berkurang hingga 20 juta pasien yang disebabkan oleh semakin
meluasnya pelayanan kesehatan secara virtual (virtual care) berbasis teknologi
AI.
Pelayanan
kesehatan secara virtual telah membuktikan dapat menghadirkan layanan yang
lebih nyaman dan hemat biaya dibanding pelayanan tatap muka. Kurangnya jumlah
dokter, di samping peningkatan fokus pada hasil, perawatan yang lebih
terkoordinasi dan kesehatan masyarakat, mendorong munculnya kebutuhan akan
pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien. Virtual
care menjadi jawaban kebutuhan ini. Ke depan pemanfaatan AI akan semakin
menyempurnakan model baru dari pelayanan kesehatan ini.
Pada
tahun 2023, akan semakin banyak perusahaan dan organisasi yang mewajibkan
tenaga kerjanya untuk menandatangani semacam surat pernyataan sebagai bentuk
komitmennya mengurangi cyberbullying. Tetapi, 70% inisiatif ini dipastikan akan
gagal.
Efek
negatif cyberbullying diprediksi akan menurunkan tingkat kesehatan, kepuasan,
dan stabilitas dari individu. Tahun 2019 ini diprediksi akan terjadi
peningkatan tindakan hukum di lingkungan perusahaan dan organisasi hingga 44% dibanding tahun 2017.
Seiring
dengan maraknya gerakan cyberbullying yang bersifat
endemis ini, Gartner merekomendasikan kepada para pemimpin bisnis
maupun masyarakat untuk lebih menunjukkan
rasa hormat pada individu lain sehingga bisa menjadi contoh bagi karyawan
atau masyarakat umumnya agar mengurangi fenomena cyberbullying. Gartner
juga mendorong para pemimpin bisnis untuk melakukan perubahan kultur perusahaan
dengan cara mulai melatih dan membiasakan para karyawannya untuk mengenali dan
melaporkan terjadinya cyberbullying.
Pada
tahun 2022, 75% perusahaan dan organisasi yang memiliki pimpinan atau pengambil
keputusan yang mencerminkan budaya keberagaman dan inklusi memiliki potensi
yang lebih besar untuk melampaui target revenue perusahaan.
Hal
tersebut terjadi dikarenakan keragaman budaya dalam kinerja tim memiliki dampak
yang jelas terhadap keuangan.
Perusahaan
dan organisasi sangat memahami manfaat dan pentingnya keberagaman. Namun ke
depan keberagaman tidak saja sebatas soal SARA, perusahaan juga harus lebih
menghargai keberagaman dari sisi pola pikir, budaya, hingga cara kerja dan
mengembangkan inklusivitas. Untuk merealisasikan hal ini perusahaan
dituntut untuk terus memberikan pelatihan leadership 50% lebih banyak. Tentu
saja tidak semua karyawan akan mendukung. Gartner memprediksi hanya sekitar 40%
karyawan yang setuju dengan langkah
perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Tahun 2020, Gartner memprediksi 15% perusahaan besar akan bertransformasi dan
memiliki lingkungan kerja yang
inklusif. Tugas para pemimpin, khususnya
divisi HR untuk membuat aturan yang dapat mendorong lingkungan kerja yang
inklusif bisa tercipta.
Pada
tahun 2022, 75% proyek blockchain publik akan “terganggu”
oleh banyaknya data pribadi yang masuk dan bertentangan dengan regulasi Data
Privacy.
Regulasi
privasi data dinilai sebagai salah satu tantangan terbesar bagi perkembangan blockchain.
Mayoritas solusi dan pemanfaatan teknologi blockchain memiliki ruang
yang bersinggungan dengan data pribadi, sementara regulasi
kerahasiaan data pribadi sangat membatasi penggunaan data pribadi ini.
Ini
juga menyulitkan bagi para developer, karena mudah saja menyimpan
data-data pribadi secara melanggar aturan meskipun secara tidak disengaja.
Celakanya, salah satu keunggulan yang ditawarkan blockchain adalah
soal integrity dan keamanannya sehingga
tidak memungkinkan developer menghapusnya tanpa Karena
blockchain tidak dapat diubah, data pribadi tidak dapat dihapus tanpa merubah
keseluruhan chain. Gartner merekomendasikan perubahan regulasi kerahasiaan data
pribadi dengan penerapan prinsip-prinsip privacy by design yang lebih
sesuai dengan arsitektur blockchain, seperti larangan penulisan data pribadi
dalam bentuk teks dan lainnya.
Pada
tahun 2023, Aturan Data Privasi akan
meningkatkan biaya online dengan memangkas penggunaan ‘cookies’ dan
berakibat pada berkurangnya pendapatan mesin iklan pada internet.
Ketika
aturan untuk melindungi data konsumen menjadi lebih lazim, pengaruhnya akan
mengganggu infrastruktur periklanan internet saat ini dan para pemain utamanya.
Secara tradisional, perusahaan menggunakan data konsumen melalui “cookies” untuk mempersonalisasi dan mengarahkan iklan,
tetapi aturan data privasi seperti (GDPR) mensyaratkan persetujuan dari pemilik
data terkait dengan bagaimana informasi data pribadi mereka boleh digunakan
atau mungkin “dijual”.
Dengan
adanya aturan ini ”cookies” nantinya hanya
akan akan menjadi salah satu mekanisme pengecekan saja. Hal ini
menyebabkan pendapatan berbasis iklan akan menurun. dikarenakan
meningkatnya model pembayaran yang dikhususkan untuk konten dan fitur premium.
Pada akhir tahun 2019, Gartner memprediksi pendapatan iklan lima
perusahaan teknologi pemasaran terbesar saat ini akan menurun sebesar
10%.
Pada
tahun 2020, digitalisasi akan mendorong kapabilitas internal menjadi
sumber revenue baru melalui pemanfaatan
cloud dan fleksibilitas.
Secara
historis, tim TI internal selalu mencari cara untuk ‘menjual; kapabilitas
khusus/unik yang dimilikinya namun terkendala oleh berbagai keterbatasan dari
sisi ekonomi, teknis maupun pemasaran. Namun dengan infrastruktur cloud
computing dan cloud service provider menjadi jawaban terhadap semua
keterbatasan yang dimiliki tim TI internal dimasa lalu. Dari sisi skala menjadi tanggung jawab
penyedia layanan cloud, memasarkan aplikasi melalui App Store
dan tool-tool cloud yang ada akan menjadikan dukungan dan peningkatan menjadi
lebih mudah. Tidak sedikit perusahaan yang saat ini mulai melihat kemungkinan
memanfaatkan tool pemasaran internal sebagai sumber revenue baru.
Jika sudah demikian, tinggal persoalan waktu saja untuk unit bisnis
lainnya.
Pada
tahun 2022, berbagai perusahaan akan memanfaatkan posisinya sebagai ‘penjaga
gawang’ dari raksasa-raksasa digital dunia untuk meraih hingga 40% market
share secara global di industrinya.
Pada
tahun ini para raksasa industri digital diprediksi akan mampu meraih
peningkatan revenue dua kali lipatnya dengan cara menarik lebih
banyak pengguna secara global dan memperluas penawarannya. Tidak salah bila
mereka juga diprediksi akan mengendalikan ekosistem perekonomian dunia. Hal ini
juga dimungkinkan oleh karena semakin meluasnya adopsi perangkat dan solusi
digital di seluruh dunia yang memudahkan mereka terkoneksi dengan konsumen di
pasar yang lebih luas lagi.
Pada
2021, skandal social media dan pelanggaran keamanan tidak akan dihiraukan
konsumer. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknologi menjadikan kalangan
konsumer tidak menghiraukan persoalan privasi dan keamanan. Mayoritas consumer
berpikir perusahaan teknologi harus diatur, tetapi meski terjadi pelanggaran
keamanan berulang kali, mayoritas tetap
memilih untuk terus berlangganan atau menggunakan layanan digital tersebut
meski penyedia layanan atau produk tersebut tidak melakukan perbaikan yang
signifikan sejak terjadinya pelanggaran keamanan.