2022 IT Talent Requirements Call for Balanced Strategy

1672117402untitled_design_-_2022-12-27t105718238png.png
Share

Minimnya talenta yang memiliki skill mumpuni di bidang IT menjadi tantangan yang semakin besar bagi perusahaan dan organisasi di seluruh dunia. Upaya mengatasi tantangan kesenjangan dan keterbatasan talenta IT ini menjadi semakin sulit karena perusahaan juga harus fokus untuk mengatasi tekanan persoalan transformasi bisnis dan keamanan digital.

Itulah garis besar kesimpulan dari riset bertajuk “IT Talent Requirements Call for Balanced Strategy 2022” yang dilakukan oleh CIO Magazine dan disponsori oleh Rimini Street. Riset itu melibatkan sekitar 255 responden para praktisi IT dengan posisi mulai manager & arsitek di bidang ERP, manager, direktur IT, CTO dan CIO di perusahaan di wilayah Amerika Serikat, Eropa, Amerika Selatan dan Asia dengan annual revenue US 250 juta dolar atau lebih.

CIO Magazine didukung oleh Rimini Street melakukan riset di antara pelanggan lunak perusahaan Oracle dan SAP. Survei ini menjangkau berbagai peran dan perusahaan IT dari $250 juta hingga $10 miliar dari 10 negara berbeda. Tujuannya untuk memberikan gambaran mengenai tantangan akibat kekurangan keterampilan IT/teknologi.

Highlights: 

  • 86% responden mengaku kesulitan untuk merekrut dan mempertahankan talenta IT yang memiliki skill mumpuni di teknologi on-premise.
  • 83% responden mengungkapkan bahwa menarik dan mempertahankan talenta IT untuk mendukung proyek transformasi digital atau modernisasi IT tidak mudah.
  • 37% responden mengungkap perusahaan mengalami delay atau pembatalan proyek karena kurangnya talenta IT yang tersedia; 36% masalah produktivitas; dan 28% kehilangan peluang untuk mengembangkan bisnis.
  • 42% responden mengungkapkan kesenjangan talenta memperlambat inisiatif modernisasi IT.
  • 51% direktur dan eksekutif pengambil keputusan mengkhawatirkan potensi tertinggal dalam teknologi.
  • Prioritas utama perusahaan dalam merekrut talenta IT dalam 12 bulan ke depan adalah yang memiliki skill: cybersecurity (49%) dan cloud/multicloud (47%); 35%
    berfokus pada enterprise software.
  • 43% responden mengungkapkan prioritas utamanya adalah peningkatan efisiensi operasional, dan 29% mengatasi kekurangan talenta IT. 

Selain temuan utama di atas, dalam riset ini juga terungkap bahwa sulitnya perusahaan untuk memiliki talenta IT yang berkualitas semakin nyata. Banyak perusahaan menganggap model kerja jarak jauh/hibrid telah memperburuk kemampuan mereka untuk merekrut dan mempertahankan talenta IT di tengah pasar yang kompetitif.

Riset juga mengungkapkan isu lain yang tidak kalah seriusnya; yakni perusahaan-perusahaan lebih fokus untuk merekrut talenta IT yang memiliki skill di teknologi baru-yang tentu saja masih sangat terbatas, seperti talenta IT yang mumpuni di bidang cybersecurity, artificial intelligence (AI), atau machine learning (ML) dibandingkan skill terkait legacy sistem yang digunakan yakni enterprise software/ERP.

Padahal langkah itu termasuk sangat beresiko karena 45 % responden mengaku mendukung penggunaan software SAP, Oracle dan PeopleSoft versi lama. Hal ini semakin mengkhawatirkan karena perusahaan juga mengaku kesulitan mempertahankan talenta IT yang memiliki skill terkait teknologi-teknologi lama, karena para talenta IT itu sangat tertarik untuk menguasai teknologi baru.

Dengan kata lain jika perusahaan tidak dapat menemukan keseimbangan antara mendukung solusi berbasis teknologi baru dan legacy, arsitektur IT tidak akan cukup bisa berevolusi untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan bisnis.


Tantangan dalam Merekrut dan Mempertahankan Talenta IT

Perusahaan membutuhkan talenta-talenta IT dengan skill yang sesuai kebutuhan tidak sekedar untuk mengelola sistem IT yang sudah ada melainkan juga untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan bisnis.

Dalam riset ini terungkap, tantangan yang dihadapi perusahaan untuk merekrut talenta IT yang memiliki skill terkait teknologi terkini itu hadir bersama sejumlah tantangan terkait teknologi lama. 50% pelanggan Oracle yang menjadi responden riset mengaku masih menggunakan aplikasi-aplikasi versi lama. Pun demikian dengan 43% pelanggan SAP juga menggunakan versi lama. Sebanyak 51% staf IT internal mendukung aplikasi ini, baik untuk maintenance, modification, and enhancements. Vendor software yang relevan sebanyak 29?n third parties 20% sisanya.

Dengan banyaknya kebutuhan talenta IT untuk mengelola legacy system, pada saatnya tentu akan menjadi masalah bagi perusahaan apabila ada yang pensiun atau mundur karena di pasar pun lebih banyak talenta IT yang ingin bekerja atau meningkatkan skill mereka terkait dengan teknologi-teknologi baru.

Pada saat yang sama, perusahaan juga menyadari keharusannya untuk memodernisasi IT mereka. Dari riset ini ada tiga rencana modernisasi IT yang menjadi prioritas utama dalam 12 ke depan yakni: peningkatan cybersecurity, transformasi proses bisnis, serta modernisasi infrastruktur dan aplikasi. Artinya perusahaan membutuhkan talenta IT dan skills di berbagai area. Tidak mengherankan jika mereka saat ini fokus mencari dan merektur talenta IT yang memiliki skill di bidang cybersecurity, cloud/multicloud dibandingkan merekrut talenta IT dengan legacy skills seperti ERP, CRM, dan database.

Dengan kata lain, di tengah tantangan terbatasnya ketersediaan talenta IT seperti saat ini, memprioritaskan satu bidang dibandingkan bidang lainnya akan meningkatkan resiko IT tidak akan mampu secara simultan mendukung operasional sehari-harinya dan berinovasi. Dengan kata lain perusahaan menghadapi tantangan pelik untuk memnuhi kebutuhan bisnisnya. Ada tiga hal yang menjadi tantangan utamanya yakni: kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi operational, mengikuti dan beradaptasi dengan perilaku pelanggan, serta menyelaraskan strategi teknologi dengan tujuan bisnis.


Looking Ahead: Kebutuhan Menyeimbangkan Strategi terkait Talenta IT

Kompleksitas terkait dengan kekurangan talenta IT diperkirakan akan terus berlanjut. Responden mengatakan bahwa selama 12 bulan ke depan, mereka mengantisipasi biaya tinggi terkait pelatihan dan perekrutan, serta mempertahankan talenta IT.

Hampir semua perusahaan mengalami hal yang sama, karena itu mereka perlu meninjau kembali strategi terkait talenta IT mereka untuk menyeimbangkan kebutuhan IT dan bisnis. Terkait strategi ini, perusahaan melakukan rencana yang beragam.

Responden menyadari membutuhkan bantuan selama 12 bulan ke depan. Mereka berencana untuk mengandalkan pelatihan pelatihan staf internal (62%), vendor (59%), layanan penambahan staf (59%), dan konsultan (56%). Namun, sebanyak 55%  berencana untuk shifting staf dari mengelola teknologi lama on-premises untuk membantu proyek lain seperti cloud migration dan digital transformation. Disinilah penyeimbangan berperan. Sistem back-office dan aplikasi lama memerlukan tingkat pertimbangan yang sama seperti adopsi teknologi baru. Jika tidak, maka infrastruktur IT tidak lengkap dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bisnis. Perusahaan harus mempertimbangkan kekurangan talenta yang ada, kebutuhan saat ini, kebutuhan yang sedang berlangsung, dan kebutuhan untuk berinovasi.

 

Next Steps & Considerations 

Berdasarkan temuan riset ini, berikut ini 3 hal yang perlu dilakukan para pemimpin perusahaan untuk meningkatkan strategi terkait kebutuhan akan talenta IT:

  1. Bagaimana Anda menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bisnis dengan risiko tidak mengatasi kekurangan talenta?
  2. Apakah perusahaan Anda memiliki strategi yang menyeimbangkan kebutuhan skills baru dan lama? Seperti apa bentuknya?
  3. Apakah perusahaan Anda memiliki waktu dan dana untuk melatih staf tentang teknologi baru dan aplikasi lama yang ada saat mencoba memodernisasi IT?

Saat Anda memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini lakukan cost-benefit analysis. Sertakan biaya perekrutan, pelatihan, dan mempertahankan staf, serta menggunakan partner ahli—apakah untuk mendukung operasi IT sehari-hari, meluncurkan teknologi baru, dan/atau menambah staf yang ada di kedua area tersebut.

Pada akhirnya, kepercayaan itu penting. Downtime itu mahal, security sangat penting, dan non-compliance bukanlah suatu pilihan. Anda harus mengetahui partner yang mendukung Anda dan menjaga sistem Anda tetap berjalan, apa pun yang terjadi. Bahkan jika key person IT Anda mengundurkan diri atau Anda memiliki proyek inovasi yang harus diluncurkan dalam waktu cepat, Anda harus menghubungi partner dan mengetahui bahwa mereka dapat membantu.


Source: Rimini Street, Inc.