Pemerintah menargetkan, Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara pada 2020, melalui perluasan akses digital masyarakat hingga ke pelosok negeri. Pada saat itu diprediksikan nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai 130 miliar dolar AS. Kendati demikian ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi Indonesia sebelum mencapai cita-cita tersebut, salah satu yang paling krusial ialah kurangnya tenaga ahli di bidang Teknologi Informasi (TI).
Menurut Chairman Chief Information Officer Indonesia (iCIO Community), Agus Wicaksono, ada lima masalah yang harus dihadapi bisnis digital Tanah Air, antara lain kesenjangan infrastruktur teknologi, keamanan data, standar pertukaran informasi, kepemilikan data, serta kekurangan tenaga ahli.
Dalam diskusi yang diselenggarakan Perkumpulan Chief Information Officer Indonesia (iCIO Community) bertajuk “Closing The Digital Gap” mengungkap sumber daya manusia (SDM) di era teknologi merupakan aset penting. Namun di Indonesia SDM berkualitas khususnya di bidang teknologi informasi masih terbilang minim.
CEO Line Indonesia Ongki Kurniawan berujar, kurangnya tenaga ahli bidang TI di Indonesia benar adanya, karena negeri ini sudah mulai bergelut di era baru yakni digital.
Datangnya era digital di samping membuka kesempatan kerja yang luas, juga menyuburkan perusahaan rintisan (startup) digital di Tanah Air, bahkan perusahaan konvensional sekalipun pun turut bertransformasi ke arah digital guna mempertahankan keberlangsungan usahanya di era baru ini.
Perubahan pola tersebut secara terangterangan membawa dampak pada kesiapan sumber daya manusianya, meski belum diketahui berapa angka pasti jumlah kekurangan tenaga ahli di bidang tersebut, mengacu pada Hired Today, sebuah portal online pencarian kerja, setiap bulan setidaknya ada sekitar 1.000 tenaga ahli TI yang dibutuhkan perusahaan, dan tidak semuanya kini berhasil dipenuhi.
“Permintaannya sangat tinggi tapi sayangnya ketersediaan belum cukup, talent yang ada juga belum ahli di bidang digital. Wajar, karena kita masuk era baru dan sekarang kita cari cara untuk mendongkraknya. Hal ini tidak hanya dialami pelaku bisnis di Indonesia saja yang kesulitan merekrut SDM yang memiliki skill dan pengetahuan digital yang cukup, seluruh negara di dunia pun mengalaminya,” ucap Ongki yang sekaligus Sekjen iCIO Community.
Kemudian yang perlu menjadi perhatian lain menurut Ongki ialah mengenai pencarian talenta-talenta itu berada. “Sebab, sampai saat ini kami belum mempunyai data wilayah mana saja yang memiliki talenta yang baik,” tuturnya.
Kendati demikian, dalam kesempatan itu Ongki menyampaikan sebuah perusahaan digital dalam proses menjalankan usahanya, sebenarnya juga bisa menjadi institusi pendidikan bagi pegawainya. Dengan demikian, pekerja selain bisa menjalani tugas- tugasnya, juga masih bisa mempertajam kemampuannya di bidang digital ini. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Pangerapan, tak menampik soal kesenjangan jumlah tenaga ahli bidang TI di Indonesia.
“Dari sisi pemerintah kebijakan bisa diambil, tapi harus dibekali dengan data dari ekosistemnya. Seperti apa kekurangannya, berapa jumlah yang dibutuhkan, baru setelah itu kita bisa merumuskan kebijakan yang sesuai,” ujarnya. Dia menambahkan bahwa permasalahan ini harus dibahas lintas Kementerian dan pemangku kepentingan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap. ima/R-1
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, iCIO Community menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dan Universitas Bina Nusantara (Binus) guna meningkatkan program pendidikan digital serta memperkuat relasi dunia bisnis dan pendidikan dalam membangun talenta di bidang TI di Indonesia.
Kerja sama ini juga meliputi pada pengembangan kurikulum, penyediaan informasi kesempatan praktik kerja di perusahaan-perusahaan, dosen tamu hingga kegiatan penelitian.
Wakil Rektor Universitas Binus, Idris Gautama mengatakan universitas telah berupaya untuk mengurangi permasalahan tersebut dengan menyiapkan lulusan yang dibekali kemampuan terkini. Salah satunya bekerja sama dengan beberapa perusahaan digital untuk saling berbagi informasi dan pengalaman.
“Salah satu kunci kesuksesan dari misi Pemerintah Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara sangat ditentukan oleh kesiapan SDM-nya. Binus senang dapat bekerja sama dengan iCIO Community dalam rangka memperkuat upaya kami guna membangun SDM digital yang lebih berkualitas dan memberikan kontribusi nyata bagi negara memasuki era digital,” ungkapnya.
Menurut Idris, adanya nota kesepahaman bersama iCIO Community, ke depan dapat meningkatkan program pendidikan digital di tingkat perguruan tinggi, sekaligus memperkuat relasi dunia bisnis dan pendidikan. ima/R-1
Source : Koran Jakarta