Insan Pajak Jadi Indonesia Best CIO 2015

IwanDjuniardi-1_01.jpeg
Share

Iwan dinilai berhasil kembangkan enam program unggulan, yakni: mengembangkan sistem berbasis Open Source (Java Platform), mengembangkan Enterprise Datawarehouse berbasis Hadoop Platform, Koloborasi dalam proses pengembangan sitem, pengumpulan data pihak ketiga yang cukup signifikan (68 ILAP), implementasi Agile Methodology dalam pengembangan sistem, arah kebijakan investigasi IT dari Capital Expenditure (CAPTEX) ke Operational Expenditure (OPEX) dengan total skor 80,79.

Sebelumnya Iwan juga telah menerima penghargaan Red Hat APAC Innovation Award dari Red Hat Inc. atas inovasi pada platform OpenSource dalam berbagai aplikasi yang dikembangkannya, khususnya e-Registration dan e-Faktur. Selain itu, penggunaan teknologi OpenSource Red Hat dalam sistem informasi DJP adalah penggunaan entreprise search engine untuk memaksimalkan pencarian pada basis data DJP yang jumlahnya mencapai 2 miliar record data.

Dua miliar lebih data itu berasal dari 61 sumber. Selama 2015 DJP mencoba perkenalkan teknologi big data kepada para pegawai di Ditjen Pajak. Untuk membangun infrastruktur itu dibutuhkan dukungan anggaran hingga Rp 1,5 triliun dari pemerintah. Harapannya, pada akhir tahun ini sudah terbangun infrastruktur di semua kantor Ditjen Pajak di seluruh Indonesia. “Solusi big data tak bisa berjalan jika inputing tools-nya tidak mendukung. Kemudian, sumber daya manusia untuk analisis datanya juga harus mumpuni. Dari hulu sampai hilir kita mesti persiapkan,” ujar Iwan.

Menurutnya, Ditjen Pajak akan menambah jumlah sumber daya manusia yang ada di Central Tax of Analysis (CTA) dari saat ini hanya 40 orang menjadi 100 orang pada akhir tahun 2015. Di pundak merekalah, proses analisis terhadap modul, pendeteksian fraud, termasuk pemanfaatan data-data di lapangan disandarkan. Saat ini, Ditjen Pajak bekerja sama dengan konsultan big data seperti Mediatrac dan Solusi247. Merekalah yang ikut membantu menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan. “Ini teknologi baru sehingga membutuhkan waktu untuk melakukan instalasi. Setelah dilakukan instalasi, kadang nyala-putus-nyala-putus. Harus pelan-pelan, mulai dari prototyping hingga akhirnya 2017-2018 sudah bisa stabil,” katanya.

Iwan berharap teknologi big data bisa meningkatkan tingkat kepatuhan membayar pajak. Selama ini, orang cenderung menyelewengkan kewajiban membayar pajak. Dengan solusi big data, salah satunya analisis fraud, penyelewengan tadi bisa ditekan. Dari data yang dihimpun SWA, sepanjang tahun 2014, penerimaan pajak mencapai Rp 1.143 triliun, hanya sekitar 91,75?ri target di APBNP 2014 sebesar Rp 1.246 triliun. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.244,7 triliun.
Iwan bercita-cita jadikan Teknologi Informasi (IT) sebagai Motor Penggerak dalam mewujudukan sistem administrasi pelayanan, pengawasan dan penerimaan pajak yang handal. Iwan beserta seluruh stafnya di Direktorat TTKI DJP terus menyempurnakan penerapan 4 (empat) pilar teknologi informasi: mobility, big data, cloud computing, dan social business ke dalam teknologi informasi perpajakan. Ke depan diharapakan seluruh pegawai pajak di Indonesia adalah yang terdepan dalam melayani masyarakat, khususnya Wajib Pajak, dengan teknologi tinggi yang terintergrasi.

Source : Pajak.go.id