Ivan Sangkereng: Peran TI dalam Menjadikan Binus Sebagai Universitas Kelas Dunia

index3.jpg
Share

Mendengar nama Universitas Bina Nusantara (Binus), yang langsung terbayang di pikiran kita biasanya sebuah kampus swasta unggulan yang aktivitas perkuliahannya akrab dengan teknologi informasi (TI).

Meskipun program studi yang ditawarkan Binus tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan TI, tetapi “ruh” teknologi tetap mewarnai pada setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa dan mahasiswinya. Mulai dari infrastruktur, kurikulum, fasilitas, sampai kegiatan belajar-mengajar, tidak terlepas dari sentuhan TI.

Orang yang bertanggungjawab menangani seluk-beluk TI dan inovasinya di Universitas Binus adalah Ivan Sangkereng. Ia menjabat selaku IT Director di Bina Nusantara sejak tahun 2012. Tak hanya di skala universitas, Ivan pun bertugas untuk melakukan supervisi dan implementasi TI di lingkungan sekolah, lembaga pendidikan, dan unit bisnis lain yang dikelola Binus Group.

Menuju World Class University

“Melihat visi Binus untuk menjadi world class university, TI mengambil peran penting dalam berbagai aspek pengukurannya, misalnya research quality, teaching quality, innovation, facility, dan internationalization,” tukas Ivan.

Di bidang riset, contohnya, Binus mempergunakan teknologi cloud computing untuk menyimpan hasil penelitian, sehingga produk riset bisa lebih mudah diakses serta membuka kesempatan untuk kolaborasi dengan peneliti internasional. Sedangkan untuk fasilitas, seluruh kampus Binus telah terintegrasi dengan jaringan internet yang memadai guna memampukan dosen dan mahasiswa untuk menambah pengetahuan secara online.

Dari sisi inovasi dan kualitas pengajaran, Binus berkolaborasi dengan komunitas akademis dan pelaku industri untuk melakukan FGD (Focus Group Discussion) yang membahas tren-tren teknologi terbaru. Hasilnya bisa dimasukkan ke dalam kurikulum atau metode pengajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan Binus.

Hal penting lainnya adalah status Binus sebagai kampus internasional yang siap menyambut mahasiswa-mahasiswa asing. “Terjadi peningkatan drastis dalam jumlah mahasiswa asing dari tahun ke tahun. Untuk itu, kami sudah menyiapkan environment yang lebih baik, termasuk kurikulum, content, dan facility, agar mahasiswa asing tidak merasakan perbedaan drastis dengan kampus di negara asalnya dan merasa nyaman belajar di Binus,” papar Ivan.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, TI berperan untuk mewujudkan metode pembelajaran elektronik atau e-learning melalui sebuah Learning Management System (LMS) yang disebut Binus Maya. Di sini, dosen dan mahasiswa dapat melakukan proses belajar lewat internet, baik di desktop maupun mobile.

Binus juga sudah menerapkan blended learning yang memungkinkan mahasiswa mengambil mata kuliah tertentu di luar kurikulum program studinya. Dengan demikian, diharapkan tiap mahasiswa memiliki kesempatan untuk memperluas wawasan mereka.

Memenuhi Kebutuhan Industri

Satu hal yang sering dikeluhkan oleh para CIO atau pemimpin TI di perusahaan Indonesia saat ini adalah kurangnya talenta di dunia TI yang siap bekerja dan sesuai dengan kebutuhan industri. Bagaimana Binus menghadapi tantangan ini?

“Kami melakukan beberapa hal. Salah satunya melalui riset internal maupun eksternal untuk mendapatkan masukan tentang kualitas pembelajaran seperti apa yang ingin disampaikan kepada mahasiswa. Masukan ini kemudian dimasukkan untuk membenahi kurikulum,” jawab Ivan.

“Cara lainnya dengan melakukan diskusi, duduk bersama dengan mahasiswa dan pelaku industri, sehingga kami bisa melihat gap yang terjadi antara dunia kerja dan apa yang di-deliver dalam dunia akademik. Kami berusaha untuk mengeliminasi atau memperkecil gap ini,” sambungnya.

Di samping itu, Binus juga memunyai knowledge management system yang berperan sangat penting dalam mengelola seluruh aktivitas yang dilakukan di internal dan pengajar-pengajar Binus, sehingga bisa dikombinasikan dan dieskalasi menjadi suatu value baru yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum dan konten yang akan diberikan kepada mahasiswa.

Komunikasi dengan Komunitas

Bagi sesama pemimpin TI di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, Ivan berharap agar mereka lebih menyadari terhadap perubahan yang terjadi serta peduli untuk mengaplikasikan TI di dalam value chain atau aktivitas di perguruan tinggi tersebut.

Ivan menganggap perlunya media komunikasi dan kolaborasi yang intensif di antara pemimpin TI dari seluruh perguruan tinggi. Harapannya, mereka dapat bertukar pengalaman dan praktik nyata dalam penerapan TI di tempatnya, baik yang berhasil maupun gagal.

Untuk komunitas lain di luar perguruan tinggi, Ivan menyebutkan nama iCIO Community yang cukup aktif dalam menjalin kerja sama dengan beberapa universitas, termasuk dengan Binus. Program yang sudah dijalankan dan akan berlanjut dengan komunitas tersebut antara lain mengundang pakar, praktisi, dan CIO untuk datang ke Binus guna memperkaya pengetahuan mahasiswa dan para pengajar. Program lainnya yaitu menyelenggarakan award bagi mahasiswa yang berprestasi di bidang TI.

“Di dalam iCIO Community ini, saya ingin berpartisipasi aktif dalam diskusi serta bertukar pengalaman mengenai bagaimana melakukan pengayaan terhadap pengetahuan karyawan,” ujar Ivan.

“Kami juga bisa bekerjasama dalam case study, misalnya menganalisis seberapa efektif teknologi berperan nyata dalam industri. Karena di Binus, kami punya resource yang memadai untuk mengambil data dan analisis, lalu menyosialisasikan kepada masyarakat, bagaimana industri mendapatkan lompatan breakthrough melalui teknologi,” pungkasnya.

Source : Info Komputer