“Tantangan di era generasi millennial adalah memberikan jenis pekerjaan yang tepat bagi mereka dan dalam waktu yang bersamaan tetap dapat menjalankan kegiatan perusahaan yang bersifat rutinitas, administratif dan operasional.”
Era kedepan akan memperlihatkan tren dimana komposisi tenaga kerja akan banyak didominasi oleh generasi millennial. Generasi ini adalah generasi yang terlahir di era digital dan well-connected, dimana mereka akan semakin kritis dan menginginkan tipe pekerjaan yang lebih fleksibel, bersifat manajerial dan menantang secara intelektual. Generasi ini juga dikenal sebagai generasi yang technology-savvy, well-connected dan multitasking dengan kemampuan fokus terhadap pekerjaan menjadi semakin sedikit. Generasi millennial diketahui telah bertumbuh secara merata di seluruh dunia dengan populasinya yang paling besar berada di Asia (UN World Population Prospects, 2015).
Secara demografi, Indonesia merupakan negara berpenduduk terpadat keempat di dunia dengan populasi sekitar 255 juta jiwa. Ada tiga tren penting yang harus kita amati dari kondisi masyarakat di Indonesia:
1. Meningkatnya populasi perkotaan di Indonesia, peningkatan dalam jumlah populasi masyarakat kota dapat menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan edukasi dan modernisasi. Menurut World Bank, pada tahun 2050 komposisi populasi di kota akan mencapai 67?ri total penduduk Indonesia, naik dari 54% di tahun 2010.
2. Meningkatnya struktur usia produktif di Indonesia, rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 28.6 tahun (perkiraan tahun 2016), angka tersebut adalah median age yang berarti separuh dari populasi Indonesia berusia 28.6 tahun lebih dan separuhnya lagi berumur di bawah 28.6 tahun (Indonesia-Investments, 2017). Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa separuh dari populasi Indonesia berada dalam masa aktif mereka di dunia kerja.
3. Meningkatnya kelas ekonomi menengah di Indonesia, seperti yang diulas dalam BCG Population and Household Expenditure Database (2012), penduduk Indonesia yang berada dalam kelas ekonomi menengah akan mencapai 68.2 juta di tahun 2020. Di Asia Tenggara populasi kelas ekonomi menengah Indonesia adalah yang terbesar sejak tahun 2010, kemudian disusul oleh negara Filipina,Vietnam,Thailand dan Malaysia.
Hal ini memberikan sinyal kepada kita bahwa Indonesia akan dipenuhi oleh generasi pekerja yang kedepannya akan membutuhkan gaya dan jenis pekerjaan yang berbeda dibanding dengan generasi sebelumnya. Setiap organisasi harus mulai berbenah untuk dapat mengadopsi kebutuhan ini dan dapat menyerap tenaga kerja yang berkualitas tinggi dari generasi ini.
Dua hal yang harus diperhatikan untuk dapat mengakomodir kebutuhan generasi millennial:
1. Mengedepankan jenis pekerjaan yang memberi nilai tambah: Generasi millennial akan lebih menghargai jenis pekerjaan yang memberikan dampak positif secara langsung terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka tidak akan bertahan lama di sebuah perusahaan apabila mereka tidak merasa bisa berkontribusi secara positif ke perusahaan tersebut.
2. Menciptakan jenis pekerjaan yang lebih dinamis: Generasi millennial akan sulit menghargai suatu pekerjaan yang bersifat monoton dan konstan, mereka membutuhkan suatu hal yang dinamis dan dapat selalu memberikan tantangan yang menarik untuk mereka lakukan.
Di saat semua generasi millennial membutuhkan jenis pekerjaan yang berbeda dan memiliki nilai tambah, perusahaan tidak dapat mengelakkan kebutuhan untuk tetap menjalankan aktifitas yang bersifat rutin dan administratif. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi agar kegiatan ini tetap bisa dijalankan dengan sedikit ketergantungan terhadap sumber daya manusia.
Di sinilah teknologi yang bernama Robotic Process Automation (RPA) dapat menjadi solusi bagi setiap perusahaan untuk tetap melakukan jenis pekerjaan tersebut.
Perusahaan yang berhasil menerapkan RPA dengan baik akan dapat tetap menjalankan proses operasional yang bersifat rutinitas dan memberikan pekerjaan yang memiliki nilai tambah kepada para pegawainya.
Nilai tambah yang akan didapat oleh perusahaan dalam mengadopsi RPA adalah:
1. Mengurangi beban biaya operasional: RPA bukan seperti implementasi sistem pada umumnya yang membutuhkan waktu dan effort yang besar. RPA adalah proses untuk melakukan rutinitas manusia menjadi suatu proses yang dilakukan secara otomatis. Hal ini akan berdampak signifikan dari sisi penekanan biaya yang dikeluarkan baik dari sisi implementasi sistem yang lebih mutakhir maupun banyaknya tenaga yang dibutuhkan apabila dilakukan secara manual.
2. Meningkatkan produktivitas: Proses RPA dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan pekerjaan operasionalnya secara signifikan. Selain dari itu, RPA dapat juga dijalankan selama 24/7 yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia dengan menggunakan 3-shift kerja.
3. Meningkatkan kualitas dan akurasi: RPA merupakan suatu proses otomasi dari suatu hal yang sudah baku dan terstruktur. RPA akan terus melakukan hal secara konsisten dan tidak dinamis. Hal ini akan meningkatkan akurasi hasil pekerjaan dan meningkatkan kualitas terutama bila berhubungan dengan kegiatan input data.
Teknologi inilah yang akan dapat memberikan jawaban atas tantangan dimana era generasi millennial akan lebih fokus untuk mengerjakan pekerjaan yang bersifat dinamis dan memberikan nilai tambah. Di saat yang bersamaan, penurunan biaya, peningkatan kualitas pekerjaan dan produktivitas bisa didapat dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan implementasi sistem terintegrasi pada umumnya.
Ada beberapa pandangan yang menilai bahwa RPA akan mengambil alih pekerjaan manusia kedepannya seperti yang diulas di buku Rise of the Robots:
Technology and the Threat of a Jobless Future yang dipublikasikan pada tahun 2015. Namun, pandangan sebaliknya yang dapat kita lihat bahwa RPA akan membantu membuat manusia menjadi tidak seperti robot yang melakukan proses rutinitas berulang yang melelahkan dan mengembalikan manusia pada harfiahnya, yaitu berkontribusi secara pikiran melalui ide, inovasi dan kreativitas.